Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun kronis yang menyebabkan peradangan pada sendi-sendi tubuh. Penyakit ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh, yang biasanya melindungi tubuh dari infeksi, malah menyerang jaringan sehat, terutama pada lapisan sendi, yang dikenal sebagai sinovium. Seiring waktu, peradangan ini dapat merusak tulang, kartilago, dan ligamen di sekitar sendi, menyebabkan rasa sakit, pembengkakan, dan penurunan fungsi sendi.
Penyebab pasti dari rheumatoid arthritis belum sepenuhnya diketahui, tetapi kondisi ini disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan RA adalah:
Faktor Genetik
Ada kecenderungan genetik yang membuat seseorang lebih rentan terhadap RA. Meskipun tidak ada satu gen yang secara langsung menyebabkan RA, ada beberapa gen yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini, terutama yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh.
Faktor Lingkungan
Paparan terhadap faktor lingkungan seperti infeksi virus atau bakteri tertentu, merokok, atau bahkan diet yang buruk dapat memicu timbulnya RA pada orang yang memiliki predisposisi genetik terhadap penyakit ini.
Faktor Hormon
RA lebih sering terjadi pada wanita, yang menunjukkan bahwa hormon, terutama hormon estrogen, mungkin berperan dalam meningkatkan risiko penyakit ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kehamilan dan penggunaan kontrasepsi dapat mempengaruhi perkembangan RA.
Merokok
Merokok adalah salah satu faktor lingkungan yang paling kuat yang meningkatkan risiko seseorang mengembangkan rheumatoid arthritis, terutama bagi mereka yang memiliki kecenderungan genetik terhadap penyakit ini.
Gejala rheumatoid arthritis bisa bervariasi dari ringan hingga berat, dan sering berkembang secara bertahap. Beberapa gejala umum RA meliputi:
Nyeri dan Pembengkakan Sendi
Salah satu gejala utama RA adalah rasa sakit dan pembengkakan pada sendi, terutama pada tangan, pergelangan tangan, lutut, dan jari. Pembengkakan ini disebabkan oleh peradangan pada lapisan sendi.
Kekakuan Sendi
Penderita RA sering merasa kekakuan pada sendi-sendi mereka, terutama di pagi hari atau setelah beristirahat lama. Kekakuan ini bisa berlangsung beberapa jam, membuat penderitanya sulit untuk bergerak.
Kelelahan
Penderita RA sering merasakan kelelahan yang parah atau lemas, yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Kelelahan ini biasanya disebabkan oleh peradangan kronis yang terjadi di dalam tubuh.
Demam Ringan
Beberapa penderita RA mengalami demam ringan, terutama saat peradangan meningkat atau saat penyakit sedang dalam fase flare-up (pemburukan).
Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan juga dapat terjadi pada penderita RA, terutama pada kasus yang lebih berat. Hal ini bisa disebabkan oleh peradangan yang mempengaruhi metabolisme tubuh.
Gangguan Fungsi Sendi
Jika tidak dikelola dengan baik, RA dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sendi-sendi, mengakibatkan deformitas, penurunan rentang gerak, dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Gejala Sistemik
Selain pada sendi, RA dapat memengaruhi organ tubuh lainnya, termasuk kulit, mata, paru-paru, dan jantung. Penderita RA mungkin mengalami ruam kulit, iritasi mata, dan gangguan paru-paru seperti fibrosis.
Diagnosis rheumatoid arthritis dilakukan melalui kombinasi pemeriksaan fisik, tes darah, dan pencitraan medis. Beberapa langkah yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis RA adalah:
Riwayat Medis dan Pemeriksaan Fisik
Dokter akan bertanya tentang gejala yang dialami, termasuk rasa sakit pada sendi, kekakuan, dan kelelahan. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari tanda-tanda peradangan pada sendi, seperti pembengkakan atau kemerahan.
Tes Darah
Tes darah digunakan untuk mencari tanda-tanda peradangan dan autoimunitas, seperti:
Pencitraan
Tes pencitraan seperti rontgen, ultrasonografi, atau MRI digunakan untuk melihat kerusakan sendi, perubahan struktural, atau pembengkakan pada sendi-sendi yang terlibat.
Tujuan pengobatan rheumatoid arthritis adalah untuk mengurangi gejala, mengendalikan peradangan, mencegah kerusakan sendi, dan meningkatkan kualitas hidup. Beberapa metode pengobatan yang biasa digunakan untuk mengelola RA meliputi:
Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid (NSAID)
NSAID seperti ibuprofen atau naproxen digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Obat ini dapat memberikan bantuan sementara tetapi tidak menghentikan progresi penyakit.
Obat Kortikosteroid
Kortikosteroid, seperti prednison, digunakan untuk mengurangi peradangan dengan cepat. Meskipun efektif, penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan efek samping seperti osteoporosis dan penurunan sistem kekebalan tubuh.
Pengubah Penyakit Anti-Rheumatik (DMARDs)
DMARDs adalah obat yang digunakan untuk mengubah jalannya penyakit dengan menekan sistem kekebalan tubuh. Obat ini termasuk methotrexate, sulfasalazine, dan leflunomide. Methotrexate adalah DMARD yang paling sering diresepkan.
Obat Biologis
Obat biologis, seperti etanercept, infliximab, dan adalimumab, digunakan untuk menargetkan sel-sel kekebalan tubuh yang menyebabkan peradangan pada RA. Obat-obatan ini sangat efektif dalam mengontrol gejala RA yang parah dan mencegah kerusakan sendi lebih lanjut.
Terapi Fisik dan Latihan
Terapi fisik dan latihan dapat membantu mempertahankan rentang gerak sendi dan memperkuat otot-otot di sekitar sendi. Ini juga membantu mencegah kekakuan sendi dan meningkatkan mobilitas.
Operasi
Jika kerusakan sendi sangat parah dan mengganggu fungsi sehari-hari, operasi mungkin diperlukan untuk mengganti sendi yang rusak, seperti penggantian sendi lutut atau pinggul.
Jika tidak dikelola dengan baik, rheumatoid arthritis dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, antara lain:
Kerusakan Sendi Permanen
RA yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan deformitas sendi yang permanen, mengurangi mobilitas dan kualitas hidup penderita.
Penyakit Jantung
Penderita RA memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung, terutama penyakit jantung koroner dan peradangan pada pembuluh darah.
Gangguan Paru-Paru
RA dapat menyebabkan peradangan pada paru-paru (pleuritis) atau fibrosis paru, yang dapat mengganggu pernapasan.
Osteoporosis
Obat kortikosteroid yang digunakan dalam pengobatan RA dapat meningkatkan risiko osteoporosis, yaitu penurunan kepadatan tulang, yang membuat tulang lebih rentan patah.
Gangguan Mata
Penderita RA juga berisiko mengalami gangguan mata, seperti sindrom mata kering atau peradangan pada lapisan mata.
Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan pada sendi, mengakibatkan rasa sakit, pembengkakan, dan kekakuan. Meskipun penyebab pastinya belum diketahui, pengobatan yang tepat dapat membantu mengontrol gejala dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada sendi. Dengan pengelolaan yang baik, penderita RA dapat menjalani kehidupan yang lebih aktif dan berkualitas. Jika Anda mengalami gejala seperti nyeri sendi, pembengkakan, dan kekakuan yang berlangsung lama, segera konsultasikan dengan dokter untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat.